Dampak Perang Dagang Terhadap Industri Tekstil UMKM di Indonesia
Dampak Perang Dagang Terhadap Industri Tekstil UMKM di Indonesia

Perang dagang yang berlangsung pada tahun 2025 antara Amerika Serikat dan China memiliki dampak besar terhadap semua industri di seluruh dunia, termasuk Indonesia khususnya di Industri Tekstil. Hal ini terutama memengaruhi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang beroperasi di sektor ini. Menurut laporan dariĀ Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), lebih dari 60% pelaku industri tekstil di Indonesia merupakan UMKM, sehingga perubahan dalam kebijakan perdagangan global berdampak signifikan terhadap keberadaan mereka. (Sumber: APINDO, 2025
Dampak Perang Dagang terhadap Industri Tekstil UMKM di Indonesia
1. Kenaikan Biaya Produksi
Kebijakan tarif tinggi pada barang impor dari China menyebabkan biaya bahan baku naik. UMKM yang bergantung pada bahan baku impor harus mengeluarkan lebih banyak uang, yang dapat mengurangi profitabilitas mereka. Menurut World Trade Organization (WTO), tarif dapat mencapai 25% untuk beberapa produk tekstil. Hal ini diprediksi akan memicu inflasi biaya produk jadi, yang pada gilirannya mengurangi daya saing UMKM di pasar domestik dan internasional. (Sumber: WTO, 2025)
2. Risiko Kebangkrutan
Dengan banyaknya tantangan yang dihadapi, ada risiko tinggi bagi UMKM untuk mengalami kebangkrutan. Banyak pelaku usaha kecil mungkin tidak memiliki cadangan finansial yang cukup untuk bertahan dalam jangka waktu panjang di tengah ketidakpastian ekonomi. Pengurus Kementerian Koperasi dan UKM menyatakan bahwa pada saat krisis ekonomi, hampir 30% UMKM berpotensi gulung tikar jika tidak mendapatkan bantuan. (Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, 2025)
3. Kesulitan Menjalin Kerja Sama
Perang dagang dapat mengakibatkan keterbatasan dalam menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan pemasok dan mitra bisnis. UMKM mungkin kesulitan untuk menemukan alternatif pemasok yang andal dan terjangkau, yang dapat mempengaruhi rantai pasokan mereka secara keseluruhan. Berdasarkan survei oleh Badan Pusat Statistik (BPS), 45% UMKM melaporkan kesulitan dalam menemukan pemasok baru akibat inflasi dan ketidakpastian pasar. (Sumber: BPS, 2025)
4. Kesulitan Akses Pasar
Dengan meningkatnya biaya dan karbon jejak yang tinggi, UMKM mengalami kesulitan untuk memasarkan produknya baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini membuat banyak pelaku usaha kecil terpaksa mengurangi skala usaha mereka atau bahkan gulung tikar. Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) menilai bahwa sekitar 40% UMKM mengalami penurunan penjualan akibat perang dagang, berimbas pada keputusan mereka untuk mengecilkan operasional bisnis. (Sumber: LPEM UI, 2025)
5. Pengurangan Tenaga Kerja
Kesulitan finansial yang dialami UMKM dapat menyebabkan pemotongan jumlah pekerja. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa sektor industri, termasuk tekstil, dapat kehilangan hingga 10.000 pekerjaan akibat perang dagang ini. Penutupan beberapa UMKM berpotensi mengakibatkan peningkatan angka pengangguran, terutama di daerah yang bergantung pada industri tekstil. (Sumber: BPS, 2025)
POOLAPACK hadir dengan beberapa solusi untuk membantu industri tekstil UMKM menghadapi tantangan ini:
1. Pembelian Langsung dari Pabrik
POOLAPACK menghubungkan pelaku bisnis langsung dengan pabrik, tanpa perantara. Ini mengurangi biaya pembelian bahan baku, sehingga UMKM bisa mendapatkan produk dengan harga yang lebih terjangkau.
2. Sistem Group Buying
Dengan sistem Group Buying, UMKM dapat bergabung dalam pembelian kolektif. Ini memungkinkan mereka untuk memenuhi Minimum Order Quantity (MOQ) yang lebih rendah dan mendapatkan harga yang lebih baik. Penelitian dari Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa pembelian kolektif dapat menurunkan biaya hingga 15-20%. (Sumber: Kementerian Perindustrian, 2025)
3. Digitalisasi Proses Pengadaan
POOLAPACK menyediakan platform digital yang mempermudah proses pengadaan barang. Ini membantu UMKM untuk lebih efisien dalam mencari dan membeli bahan baku. Digitalisasi juga membantu memperluas pasar mereka secara online, di mana laporan dari McKinsey menunjukkan bahwa digitalisasi dapat meningkatkan pendapatan UMKM hingga 25%. (Sumber: McKinsey, 2025)
4. Pelatihan dan Pendampingan
POOLAPACK memberikan pelatihan kepada pelaku UMKM untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam bisnis dan teknologi. Hal ini bertujuan agar mereka dapat bersaing lebih baik di pasar. World Economic Forum menyatakan bahwa pelatihan dan pendampingan yang tepat dapat meningkatkan daya saing tenaga kerja hingga 30%. (Sumber: World Economic Forum, 2025)
Perang dagang tahun 2025 membawa banyak tantangan bagi industri tekstil, terutama bagi UMKM di Indonesia. Namun, dengan adanya solusi dari POOLAPACK, pelaku usaha kecil dapat menemukan cara untuk mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi, dan tetap bersaing di pasar. Kolaborasi dan dukungan digital menjadi kunci untuk keberlangsungan industri tekstil di Indonesia.